Dalam doaku,
Semoga hatiku
seluas samudera
Yang mampu
menenggelamkan segala cela dan cercamu,
Duhai diri yang
selalu merasa sempurna
Dan meniup
gelembung-gelembung hitam
Pada raut wajah
selainmu
Dan semoga mata
batinku
Sebening kristal
Untuk mampu
memahami pahit ucapmu
Tajam kata-katamu
Sebagai kepahitanmu
yang mungkin sering dikecewakan hidup
Dan semoga sinar
mataku
Tak silau oleh
sosokmu
Yang mendudukkan
dirimu sendiri di tahta raja-raja
Dan merasa berhak
mengukur
Mili demi mili
retak-retak manusia
Ah, mungkin kau
memang makhluk sempurna
Siapa aku bagimu
Kurasa tak ada
tempatmu di dunia
Semestinya kamu
duduk di sana
Di balik awan
bertahta dalam impian
Salam,
Salam bagi
kesempurnaan
Biarkan aku dalam
damaiku
Memandangi kuncup
bunga di balik jendela ruangan kecilku
Dan bersenandung
tentang nikmatnya ketidaksempurnaan
Tahukah kamu?
Bahwa manusia justru kehilangan kemanusiawiannya
ketika ia (merasa) sempurna?
Salam,
Salam bagi kesempurnaanmu
Dan biarkan aku dalam heningku
Merasakan hembus angin dan rintik gerimis
Membasahi relung relung lukaku sebagai manusia
Dan mensyukuri tiap detik lupa dan khilafku
Juga tahukah kamu?
Bahwa manusia hanya menjadi manusia
Bila ia tak sempurna?
Namun tampaknya kamu
Terlalu sibuk
Teramat sibuk
Mematut-matut dirimu
Dalam bening danau
Danau yang sama, tempat Narsiscus tenggelam dalam dirinya
Surabaya, November 2014
NH
Tahukah kamu?
Bahwa manusia justru kehilangan kemanusiawiannya
ketika ia (merasa) sempurna?
Salam,
Salam bagi kesempurnaanmu
Dan biarkan aku dalam heningku
Merasakan hembus angin dan rintik gerimis
Membasahi relung relung lukaku sebagai manusia
Dan mensyukuri tiap detik lupa dan khilafku
Juga tahukah kamu?
Bahwa manusia hanya menjadi manusia
Bila ia tak sempurna?
Namun tampaknya kamu
Terlalu sibuk
Teramat sibuk
Mematut-matut dirimu
Dalam bening danau
Danau yang sama, tempat Narsiscus tenggelam dalam dirinya
Surabaya, November 2014
NH
No comments:
Post a Comment